Kehidupan terus bergulir. Banyak suka dan duka silih berganti menyapa hari-hari, entah kita harapkan atau tidak. Banyak kesulitan yang hadir menguras emosi dan bahkan membawa kehidupan ke suatu babak baru yang terkadang kita belum tahu akhir ceritanya itu seperti apa. Kita hanya berharap agar diberikan jumlah hari-hari kesukaan seimbang dengan hari-hari kedukaan. Kita hanya berharap agar hari-hari yang kita lewati tidaklah menjadi sia-sia tanpa kita dapat menarik hikmahnya mengapa cerita kehidupan tersebut mengalir di hadapan kita.
Beberapa orang menjelang usia empat puluh bercerita kepada Musafir kalau hari-hari berlalu begitu cepat. Tidak terasa waktu telah berlalu. Hari berganti hari dan bulan berganti bulan seperti tiupan angin. Tidak demikian halnya saat kita masih kecil dan belia; hari-hari berlalu sangat lambat dan kita menunggu kapan kita cepat menjadi besar. Tetapi saat ini kalau dapat, kita ingin menge-rem berjalannya waktu. Kita seolah-olah memiliki suatu kekuatiran kalau waktu kita menjadi habis. Benarkah waktu kita dapat habis? Musafir menjawab dengan pasti: waktu kita pasti habis. Waktu kita di dunia ini sangat terbatas dan matematis sekali. Suatu waktu pasti habis. Ini suatu kepastian .. Bagaikan suatu kereta cepat, bergulir cepat menuju tujuan - kematian.
Kita dikondisikan sejak kecil dalam filosofi menambah dan filosofi mendapat. Umur yang selalu bertambah. Naik kelas saat usia sekolah. Ulang tahun mendapat kado. Saat lulus sekolah mendapat pekerjaan, kemudian mendapat jodoh. Kalau cocok mendapat istri atau suami. Mendapat pekerjaan yang baik. Menambah penghasilan. Mendapat rezeki. Mendapat kesembuhan setelah kita menderita sakit dan banyak contoh-contoh lainnya.
Tetapi benarkah kehidupan hanya didasarkan pada filosofi mendapat dan menambah tsb. Kita seringkali lupa bahwa kehidupan juga mengenal filosofi berkurang dan filosofi melepas. Kita seringkali tidak siap jika usia tidaklah bertambah tetapi justru berkurang. Kita melepas kepergian teman yang meninggal mendahului kita bahkan orang tua kita yang satu per satu mulai meninggalkan kita ke alam baka. Kekuatan dan kesehatan kita seiring usia juga makin berkurang. Kita pun terkejut ketika mendengar ada sanak keluarga atau kawan yang menderita sakit yang tidak dapat disembuhkan.
Hari-hari yang kita lalui tidaklah senantiasa siang. Akan datang sore dan bahkan malam hari. Pemikirannya selama siang hari ini ada, apa yang kita kerjakan?
Beberapa orang menjelang usia empat puluh bercerita kepada Musafir kalau hari-hari berlalu begitu cepat. Tidak terasa waktu telah berlalu. Hari berganti hari dan bulan berganti bulan seperti tiupan angin. Tidak demikian halnya saat kita masih kecil dan belia; hari-hari berlalu sangat lambat dan kita menunggu kapan kita cepat menjadi besar. Tetapi saat ini kalau dapat, kita ingin menge-rem berjalannya waktu. Kita seolah-olah memiliki suatu kekuatiran kalau waktu kita menjadi habis. Benarkah waktu kita dapat habis? Musafir menjawab dengan pasti: waktu kita pasti habis. Waktu kita di dunia ini sangat terbatas dan matematis sekali. Suatu waktu pasti habis. Ini suatu kepastian .. Bagaikan suatu kereta cepat, bergulir cepat menuju tujuan - kematian.
Bergulir Cepat - KLIA Express taken by Samsung Note3 |
Tetapi benarkah kehidupan hanya didasarkan pada filosofi mendapat dan menambah tsb. Kita seringkali lupa bahwa kehidupan juga mengenal filosofi berkurang dan filosofi melepas. Kita seringkali tidak siap jika usia tidaklah bertambah tetapi justru berkurang. Kita melepas kepergian teman yang meninggal mendahului kita bahkan orang tua kita yang satu per satu mulai meninggalkan kita ke alam baka. Kekuatan dan kesehatan kita seiring usia juga makin berkurang. Kita pun terkejut ketika mendengar ada sanak keluarga atau kawan yang menderita sakit yang tidak dapat disembuhkan.
Hari-hari yang kita lalui tidaklah senantiasa siang. Akan datang sore dan bahkan malam hari. Pemikirannya selama siang hari ini ada, apa yang kita kerjakan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar