Bulan Desember adalah bulan dimana begitu banyak perjalanan yang terjadi di dunia ini, banyak kesukacitaan tetapi banyak pula kecelakaan yang terjadi. Musafir tertarik menuliskan suatu perenungan tentang kehidupan..
Sejak kecil, Musafir sering menonton film Tom and Jerry. Episode ceritanya begitu banyak dan temanya relatif selalu sama, dimana si Tom Kucing selalu mengejar si Jerry Tikus; membuat Musafir bertanya-tanya apakah Tom memang berniat untuk memakan si Jerry? Pertanyaan ini pun sempat ditanyakan ke beberapa orang teman dan rata-rata dijawab - tidak. Si Tom hanya gemar bermain kejar-kejaran dengan si Jerry sebagai suatu tantangan bukan makanan. Tetapi yang Musafir mau lanjutkan saat ini bukan mengenai Tom and Jerry, tetapi tentang majikan Tom.
Laki-laki Muda digambarkan sebagai pribadi yang senang berolahraga, aktif bergerak, bahkan suka bermain. Sedangkan Perempuan Muda digambarkan sebagai pribadi yang senang bersolek, menampilkan keindahan tubuh, dan anggun. Sepatu ber-hak tinggi dan sepatu kets menjadi penggambaran sempurna mewakili stereotip yang telah beredar di tengah masyarakat. Sekarang adakah yang bisa menebak, sedang melakukan apakah kedua orang dalam foto di atas?
Benar sekali, kedua orang tersebut sedang travelling di atas kereta (kebetulan Musafir berdiri di seberang mereka). Cocokkah sepatu yang digunakan tersebut untuk travelling? Ehmm .. mungkin ada yang berkata untuk si lelaki sih cocok, tetapi bagi si perempuan mana cocok pakai sepatu yang harusnya digunakan ke pesta itu untuk travelling. Tetapi karena mengetahui keseluruhan gambar tersebut (tidak sepotong), maka Musafir akan menjawab - cocok.
Di dalam hidup seringkali kita mengalami hal yang sama, suatu paradoks (free dictionary mendefinisikannya sebagai - an opinion that conflicts with common belief). Sesuatu yang nampak tidak sejalan, tidak sesuai dengan pendapat umum dari orang banyak, tetapi jika diperhatikan lebih jauh, tampak keharmonisan. Musafir banyak menggumuli tema paradox of life ini dalam kehidupan sehari-hari.
Epilogue
Dalam Desember ini, Musafir sedang belajar begitu banyak paradoks dalam kehidupan, salah satunya merenungkan, mengapa berita natal yang begitu luar biasa diberitakan pertama kali ke para gembala miskin, orang rendahan yang tidak ada apa-apanya itu*? Why when God proclaimed His ultimate power to save the sinners, He used the shepherds? Berita yang begitu luar biasa, Sang Maha Kekal masuk ke dalam realita ke-fana-an, bagaimana mungkin dititipkan ke suatu kelompok yang bagi konteks masa itu adalah orang-orang yang tidak dapat dipercaya kesaksiannya. Suatu paradoks..
Masa Penantian - Desember 2012
*)But in the First Century, it seems, shepherds -- specifically, hireling shepherds -- had a rather unsavory reputation. Jeremias cites Rabbinic sources to the effect that "most of the time they were dishonest and thieving; they led their herds onto other people's land and pilfered the produce of the land." Because they were often months at a time without supervision, they were often accused of stealing some of the increase of the flock. Consequently, the pious were warned not to buy wool, milk, or kids from shepherds on the assumption that it was stolen property.[3] Shepherds were not allowed to fulfill a judicial office or be admitted in court as witnesses. A midrash on Psalm 23:2 reads, "There is no more disreputable occupation than that of a shepherd. (Quote from Shepherds in Bethlehem - Dr. Ralph Wilson)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar