Again we got the opportunity to visit Indonesia Timur. If you like the island life, just try to visit one of the island in the east of Indonesia. After 15 minutes took the boat from Melonguane, at last we have arrived at Sara Island - small island between Karakelong and Salibabu Island. Not touristy yet but there are several boat from Melonguane to go here everyday from morning until night. Small boat for five peoples and larger boat for the entourage visitor.
Selasa, 15 November 2016
Sara Island - Talaud
Again we got the opportunity to visit Indonesia Timur. If you like the island life, just try to visit one of the island in the east of Indonesia. After 15 minutes took the boat from Melonguane, at last we have arrived at Sara Island - small island between Karakelong and Salibabu Island. Not touristy yet but there are several boat from Melonguane to go here everyday from morning until night. Small boat for five peoples and larger boat for the entourage visitor.
Minggu, 10 April 2016
The Ongoing Journey
Kehidupan terus bergulir. Banyak suka dan duka silih berganti menyapa hari-hari, entah kita harapkan atau tidak. Banyak kesulitan yang hadir menguras emosi dan bahkan membawa kehidupan ke suatu babak baru yang terkadang kita belum tahu akhir ceritanya itu seperti apa. Kita hanya berharap agar diberikan jumlah hari-hari kesukaan seimbang dengan hari-hari kedukaan. Kita hanya berharap agar hari-hari yang kita lewati tidaklah menjadi sia-sia tanpa kita dapat menarik hikmahnya mengapa cerita kehidupan tersebut mengalir di hadapan kita.
Beberapa orang menjelang usia empat puluh bercerita kepada Musafir kalau hari-hari berlalu begitu cepat. Tidak terasa waktu telah berlalu. Hari berganti hari dan bulan berganti bulan seperti tiupan angin. Tidak demikian halnya saat kita masih kecil dan belia; hari-hari berlalu sangat lambat dan kita menunggu kapan kita cepat menjadi besar. Tetapi saat ini kalau dapat, kita ingin menge-rem berjalannya waktu. Kita seolah-olah memiliki suatu kekuatiran kalau waktu kita menjadi habis. Benarkah waktu kita dapat habis? Musafir menjawab dengan pasti: waktu kita pasti habis. Waktu kita di dunia ini sangat terbatas dan matematis sekali. Suatu waktu pasti habis. Ini suatu kepastian .. Bagaikan suatu kereta cepat, bergulir cepat menuju tujuan - kematian.
Kita dikondisikan sejak kecil dalam filosofi menambah dan filosofi mendapat. Umur yang selalu bertambah. Naik kelas saat usia sekolah. Ulang tahun mendapat kado. Saat lulus sekolah mendapat pekerjaan, kemudian mendapat jodoh. Kalau cocok mendapat istri atau suami. Mendapat pekerjaan yang baik. Menambah penghasilan. Mendapat rezeki. Mendapat kesembuhan setelah kita menderita sakit dan banyak contoh-contoh lainnya.
Tetapi benarkah kehidupan hanya didasarkan pada filosofi mendapat dan menambah tsb. Kita seringkali lupa bahwa kehidupan juga mengenal filosofi berkurang dan filosofi melepas. Kita seringkali tidak siap jika usia tidaklah bertambah tetapi justru berkurang. Kita melepas kepergian teman yang meninggal mendahului kita bahkan orang tua kita yang satu per satu mulai meninggalkan kita ke alam baka. Kekuatan dan kesehatan kita seiring usia juga makin berkurang. Kita pun terkejut ketika mendengar ada sanak keluarga atau kawan yang menderita sakit yang tidak dapat disembuhkan.
Hari-hari yang kita lalui tidaklah senantiasa siang. Akan datang sore dan bahkan malam hari. Pemikirannya selama siang hari ini ada, apa yang kita kerjakan?
Beberapa orang menjelang usia empat puluh bercerita kepada Musafir kalau hari-hari berlalu begitu cepat. Tidak terasa waktu telah berlalu. Hari berganti hari dan bulan berganti bulan seperti tiupan angin. Tidak demikian halnya saat kita masih kecil dan belia; hari-hari berlalu sangat lambat dan kita menunggu kapan kita cepat menjadi besar. Tetapi saat ini kalau dapat, kita ingin menge-rem berjalannya waktu. Kita seolah-olah memiliki suatu kekuatiran kalau waktu kita menjadi habis. Benarkah waktu kita dapat habis? Musafir menjawab dengan pasti: waktu kita pasti habis. Waktu kita di dunia ini sangat terbatas dan matematis sekali. Suatu waktu pasti habis. Ini suatu kepastian .. Bagaikan suatu kereta cepat, bergulir cepat menuju tujuan - kematian.
![]() |
Bergulir Cepat - KLIA Express taken by Samsung Note3 |
Tetapi benarkah kehidupan hanya didasarkan pada filosofi mendapat dan menambah tsb. Kita seringkali lupa bahwa kehidupan juga mengenal filosofi berkurang dan filosofi melepas. Kita seringkali tidak siap jika usia tidaklah bertambah tetapi justru berkurang. Kita melepas kepergian teman yang meninggal mendahului kita bahkan orang tua kita yang satu per satu mulai meninggalkan kita ke alam baka. Kekuatan dan kesehatan kita seiring usia juga makin berkurang. Kita pun terkejut ketika mendengar ada sanak keluarga atau kawan yang menderita sakit yang tidak dapat disembuhkan.
Hari-hari yang kita lalui tidaklah senantiasa siang. Akan datang sore dan bahkan malam hari. Pemikirannya selama siang hari ini ada, apa yang kita kerjakan?
Rabu, 30 Desember 2015
Go to the East of Indonesia - Masohi
Entah mengapa di tahun 2015 yang akan berlalu sebentar lagi, Musafir seringkali mendengar tentang teman ataupun sesama blogger berkunjung ke Indonesia Timur, dengan keindahan alam, ragam budaya, dan bahkan dengan wisata bawah lautnya. Mungkin saatnya tahun-tahun mendatang menjadi kebangkitan dari pariwisata di bagian timur kepulauan Indonesia itu. Semoga ..
Pucuk dicinta ulam tiba, beberapa saat lalu Musafir mendapat kesempatan mengunjungi salah satu pulau di kepulauan Maluku. Pulau Seram tepatnya dan Musafir berhasil menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di kota kecil yang bernama Masohi.
Pucuk dicinta ulam tiba, beberapa saat lalu Musafir mendapat kesempatan mengunjungi salah satu pulau di kepulauan Maluku. Pulau Seram tepatnya dan Musafir berhasil menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di kota kecil yang bernama Masohi.
![]() |
Senja hari - Pantai Masohi |
Rabu, 28 Oktober 2015
Kantor Pos
![]() |
Kantor Pos - Pasar Baru |
Selasa, 20 Oktober 2015
Fatahillah Museum
How horrible the underground prison at Batavia old city. Space which height is only two and a half meters, filled dozens of people.Their legs tied with iron balls. Hans bonke, the dutch historian said that until 1763, the goverment allowed to detain a person for life because only of debt. These eight dungeon - we can see in the Jakarta History Museum - known as Fatahillah Museum.
Jumat, 16 Oktober 2015
Negeri Tetangga
Bagi yang pernah melihat pemandangan ini, tentulah tidak asing lagi dengan Negeri Tetangga.
Baiklah, mari kita mulai bercerita .. Setelah beberapa kali menulis dalam bentuk essay, Musafir merasa sekali-kali perlu untuk menulis dalam bentuk travel report dalam gaya anak muda karena permintaan beberapa pembaca .. ups .. ;)
Diawali tibanya low season - ehm para petualang jalan atau backpacker atau budget traveller biasa menunggu-nunggu waktu ini .. dan seperti tahun-tahun sebelumnya akan disertai dengan munculnya promo-promo tiket murah dari airline company. Bak gayung bersambut, Musafir pun dengan tidak malu-malu ikut serta dalam kehirukpikukan menyambut promo tersebut. Dengan berjejal dan berkeringat, serta begadang, akhirnya Musafir pun mendapatkan sejumput rumput jelai eh maksudnya tiket murah ..
Baiklah, mari kita mulai bercerita .. Setelah beberapa kali menulis dalam bentuk essay, Musafir merasa sekali-kali perlu untuk menulis dalam bentuk travel report dalam gaya anak muda karena permintaan beberapa pembaca .. ups .. ;)
Diawali tibanya low season - ehm para petualang jalan atau backpacker atau budget traveller biasa menunggu-nunggu waktu ini .. dan seperti tahun-tahun sebelumnya akan disertai dengan munculnya promo-promo tiket murah dari airline company. Bak gayung bersambut, Musafir pun dengan tidak malu-malu ikut serta dalam kehirukpikukan menyambut promo tersebut. Dengan berjejal dan berkeringat, serta begadang, akhirnya Musafir pun mendapatkan sejumput rumput jelai eh maksudnya tiket murah ..
Jumat, 18 September 2015
Footprints Theory
![]() |
Pandawa Beach June 2015 - taken by samsung note |
Some say that if we look at the picture of a landscape or beautiful
place, it is not as beautiful as if we ourselves were there. Maybe it was
pleasant for our eyes but remains incomplete if we do not feel the breeze,
difficult journey to reach it, smell the fragrance of flowers around, or in
other words it is not complete if we do not set our foot there.
![]() |
Footprints - Pandawa Beach - also taken by samsung note |
Our presence somewhere gives more meaning than just hear or
leave a message. It is simply often we experience that we are more happy if our
friend is present in our wedding celebration invitation than simply entrust
congratulations. Hence we understand that in the Javanese culture, there is a
saying ‘mangan ora mangan sing penting ngumpul’. The presence is more important
than food. Footprints are meaningful. We feel that something wrong in our family
when the members rarely meet. Especially in modern times (or anyone name it the
post-modern era), many are saying that is practically enough if send a greeting via
whatsapp or ask somebody just by phone. Is this correct? Our parents are happier
if we come to visit their home rather than just asking for news through social
media. Online learning is often considered weighs less than a lecture in class? Also communication by face to face directly
gives us more meaning than just through a piece of paper - memo.
Ehm .. so footprints talks more .. I would like to bring this idea to the greater things in
life. Often we feel that other people's lives more interesting than our life. Our
neighbor’s grass is always greener. The apple in the garden next door, redder
than me. Such things make us not wholeheartedly in living. Always compare and
do not feel satisfied. We like to imagine or fantasize yourself in the position
of others who are more fortunate. I like to be a Cinderella with her handsome prince. I would like to be a rich man who live in a big castle surrounded by the beautiful garden. If we do this, then there is no footprints of yours. All is in your fantasy with the ungrateful heart.
Sound exhausted? Indeed ..
Langganan:
Postingan (Atom)